Senin, 25 April 2011


Hari ini saya merasakan kuasa dan kasih Tuhan sungguh luar biasa. Pergumulan untuk mama yang didiagnosa awal memiliki penyakit pada kandungan dan siap dioperasi ternyata dibatalkan karena hasil USG terakhir menunjukan bahwa kandungan mama bersih dan tidak ada lagi penyakit. Para dokter yang menangani penyakit mama bahkan merasa heran. Doa kami dijawab dengan sukacita. Terpujilah Tuhan.

Dari kenyataan ini saya duduk merenung sambil mendengarkan lagu Just I am dan I Surrender. Berangkat dari ketidaklayakan diri ini, saya percaya bahwa darah Tuhanlah yang telah membasuh hidup mama dan menyembuhkan penyakit mama. Saya percaya bahwa dengan kepasrahan diri sambil mengatakan "Tuhan tidak ada harapan lain selain Engkau". Saya yang terpisah jauh dari mama hanya bisa meminta "Tuhan tolong mama" dan Ia mendengarkannya. Padahal ketika saya menoleh ke belakang dan melihat hidup yang dilalui, saya sadar bahwa saya sering mendukacitakan Tuhan. Tapi Tuhan tidak pernah mendukacitakan hati saya. Hari ini saya ingin mengatakan syukurku padaMu. Saya tetap percaya bahwa Tuhan tidak pernah tutup mata dan telinga dari jeritan minta tolong. Karena Tuhan adalah Bapa yang baik.

Dari tengah kelemahan dan ketidakmampuan ini, saya juga menyerahkan penyelesaian tesis yang sementara saya kerjakan. Beban ini terasa berat. Tapi saya memiliki satu keyakinan yang sungguh bahwa "Tuhan pasti buka jalan".
"Jangan biarkan imanku goyah Tuhan, topanglah hidupku". "TanpaMu, sia-sia hidup dan perjuanganku".


Kamis, 07 April 2011

Kisah Para Rasul 1:6-11

KENAIKAN TUHAN YESUS KRISTUS


Hari ini kita boleh ada dalam sebuah peringatan gerejawi yakni kenaikan Yesus Kristus. Dalam pandangan saya, banyak orang melihat peristiwa ini sebagai peristiwa yang kurang memiliki keistimewaan, dibandingkan dengan Natal dan Paskah. Tetapi berdasarkan bacaan kita tadi, sebenarnya, ada catatan-catatan menarik dan isitimewa yang menjadi inti pesan bagi konteks kehidupan kita di saat ini.

Peristiwa kenaikan Yesus sebenarnya mau menegaskan tentang kemuliaan Yesus, yang diutus Allah untuk melakukan serangkaian hal-hal yang menakjubkan. Mulai dari kelahiran, masa pelayananNya, kesengsaraan dan kematian, serta kebangkitan. KPR 1:6-11 menegaskan bahwa ketika ia terangkat ke sorga, awan menutupinya. Makna awan sebenarnya memiliki ungkapan tentang kemuliaan Allah (bnd Kel. 40:34-38).

Kenaikan Yesus Merupakan sebuah tonggak sejarah baru bagi lahirnya gereja sebagai alat kesaksian untuk melanjutkan misi kristus di Dunia. Ini adalah sebuah titik kemandirian para murid dalam melaksanakan pelayanan. Sebab secara fisik, mereka tidak lagi bersama-sama dengan Yesus. Mereka harus bekerja sendiri untuk mewujudkan damai sejahtera Allah yang telah di alami ketika berpengalaman dengan Yesus sendiri.

Disini para murid ditugaskan untuk menjadi saksiNya, mulai dari Yerusalem, Tanah Yudea, Samaria, sampai ke ujung bumi. Janji Yesus terhadap tugas ini ialah bahwa para murid tidak hanya berjalan dengan kehampaan, tetapi akan memiliki karunia Roh Kudus dalam menjalankan tugas kesaksian itu.

Nah dari gambaran ini, apa yang mestinya menjadi bahan perenungan bagi kita dalam konteks panggilan kita di saat ini dalam kaitan dengan tema merayakan cinta kasih Tuhan yang membebaskan, khususnya dari kebodohan dan keterbelakangan.

Pertama, bicara tentang kemuliaan, banyak dari kita yang sadar maupun tidak sadar melakukan banyak hal untuk mencari kemuliaan diri sendiri. Kita bekerja setiap saat untuk memperoleh banyak uang, supaya kita dipandang sebagai orang kaya yang dengan kekayaan tersebut menjadi ukuran bahwa kita lebih mulia dari orang lain yang berkekurangan. Saya tidak mengatakan bahwa kekayaan itu tidak boleh diupayakan, tetapi, alangkah baiknya jika melalui kekayaan kita, kemuliaan dan kehadiran Allah hadir melalui kepekaan kita untuk melihat keterbelakangan hidup dari saudara-saudara kita yang berkekurangan. Kita dapat menjadi pribadi-pribadi yang peduli terhadap masa depan dari anak-anak yang keluarganya tidak mampu agar mereka dapat melanjutkan sekolah dan memiliki masa depan yang lebih baik.

Kedua, Dalam melanjutkan misi sebagai saksi Kristus, bukan hanya para murid yang dikarunia Roh Kudus. Tetapi kita semua menerima itu dari Allah untuk memampukan kita melakukan karya KasihNya di tengah hidup kita. Tapi kadang-kadang, kita bukan membuka hati kita kepada Roh Kudus, tetapi Roh Kudis. Sebagai contoh, tidak ada Roh Kudus yang menghancurkan, tetapi Roh Kudus yang mempersatukan. Roh Kudus yang menguatkan, bukan memperlemah. Roh Kudus yang menyejukan, bukan membakar hati. Roh Kudus yang memberi pertolongan bukan roh yang acuh tak acuh, istilahnya siapa kau, siapa aku. Roh Kudus yang menuntun kita sebagai kepala keluarga yang bijaksana dan mengasihi istri dan anak-anak, Roh Kudus adalah roh yang menuntun kita sebagai mahasiswa yang bertanggungjawab terhadap apa yang telah dipercayakan orang tua kepada kita. Roh Kudus bukan Roh yang melayani dengan setengah hati, tetapi sepenuh hati. Roh kudus menuntun para pelayanNya untuk setia, bukan roh malas dalam melayani. Dengan demikian Roh Kudus adalah Roh yang mengarahkan kita kepada kebaikan, kepada kasih, kejujuran dan yang mendobrak kita dari sifat mementingkan diri sendiri.

Gereja yang dipanggil adalah saudara dan saya. Gereja bukanlah kemegahan fisik, tetapi kemegahan Allah yang hidup di tengah saudara dan saya. Kemandirian gereja telah dimulai dan kita akan dimampukan jika kita mengandalkan RohNya diam di dalam kita. Mari kita maknai Yesus dan Karyanya di tengah hidup ini. Ia tidak pernah meninggalkan kita, sebab Roh Kudus yang berasal dari PadaNya, akan selalu ada untuk menyertai saudara dan saya. Amin

Diutus Untuk Memberitakan Injil

Bacaan Matius 10 : 5—10

Tugas untuk mengabarkan dan menyatakan Injil yang berisikan tentang kabar baik, kabar tentang kasih Allah bagi dunia adalah merupakan tugas utama kita selaku murid-murid Kristus. Hal ini sejalan dengan apa yang diungkapkan oleh Narator dalam ayat 5 bahwa Yesus mengutus ke-12 muridnya. Apa artinya? Yang diutus adalah semua murid, tanpa kecuali. Yesus sendiri tidak bersikap : hey petrus, karena Kamu terlalu kasar, kamu tidak usah pergi memberitakan Injil. Kamu saya kasih tugas lain saja. Begitu juga dengan Yudas, Yesus tidak mengatakan bahwa ah ale seng bisa dipercaya, oleh karena itu biar ale tinggal di rumah saja. Oh tidak, disini terlihat bahwa Yesus menugaskan semua murid. Tidak ada yang tidak. Sebab tugas memberitakan injil merupakan tugas utama semua murid Kristus, termasuk saudara dan saya.

Persoalannya untuk memberitakan injil, bagaimana caranya? Apakah kita mesti jadi, Koordinator unit/pengurus wadah organisasi, majelis jemaat atau bahkan pendeta? Bagaimanakah cara yang benar untuk kita dapat memberitakan injil??? Apakah sebatas memimpin ibadah, berkhotbah ataukah ada cara yang lain bagi kita untuk bias memberitakan Injil???

Kita semua memiliki beban tanggung jawab masing-masing di tempat-tempat kita bekerja dan beraktifitas, bersama-sama dengan sesama yang ada di tengah realitas hidup kita. Oleh karena itu, selain bekerja…kita juga mestinya tidak melupakan tugas pokok kita untuk memberitakan injil sebagai kabar baik bagi kehidupan sesama, lewat kata-kata, tetapi juga yang terpenting dalam tindakan dan perbuatan hidup. Ketika ada pertikaian dan konflik, selaku murid-murid Yesus…kita mestinya hadir untuk membawa pendamaian. Ketika ada sesama kita yang lapar kita hadir sebagai orang-orang yang mampu mengenyangkan, Ketika ada dukacita, kita hadir untuk menghapus air mata dan mengubahnya menjadi senyuman. Tatkala terjadi ketidakadilan bagi mereka yang terpinggirkan, kita mestinya hadir untuk menyuarakan keadilan dan kebenaran.

Kata diutus, yang berasal dari bahasa yunani, Paragellein adalah istilah yang dipakai di dunia kemiliteran. Ketika komandan memberi perintah, satu-satunya jawaban kita adalah “siap”. Begitu juga dengan memberitakan injil, tidak ada kata lain bagi kita para murid selain “siap” untuk memberitakan Injil.

Kata Paragellin juga sering dipakai diantara kedua sahabat karib. Ketika seseorang sahabat kita meminta pertolongan, pasti kita tidak akan menolaknya. Kita akan berupaya melakukan apa yang dapat kita lakukan untuk membantunya. Saya kira sikap ini harus ada ketika Sobat sejati kita yang paling setia, meminta kita melakukan sesuatu bagiNya. Melakukan sesuatu dengan penuh sukacita.

Selanjutnya, Kata Paragellein juga dipakai oleh seorang raja/presiden untuk menunjuk seseorang menjadi duta besarnya. Seandainya saudara dan saya dipilih untuk menjadi duta bagi Negara, bukankah ini merupakan sebuah kehormatan bagi kita? Kita menjadi utusan raja/presiden. Bagaimana mungkin kita menolaknya? Yang pasti, tugas ini akan kita laksanakan sebaik-baiknya agar tidak mengecewakan. Untuk raja saja kita pasti akan melakukan yang terbaik, apalagi untuk Tuhan. Ini merupakan suatu kehormatan yang luar biasa.

Dan yang terakhir, dalam film-film silat kata Paragellein itu dipakai oleh seorang guru kepada muridnya untuk melaksanakan misinya dengan penuh ketaatan, bahkan sang murid akan merasa terhormat jika ia pun harus mati demi misi itu.

Sikap taat tanpa perlawanan, walapun bisa menolak, tidak akan menolak, inilah yang dikehendaki Yesus. Sebab memberitakan Injil adalah tugas pokok kita selaku murid-murid Kristus, melakukan sesuatu yang terbaik bagi sahabat sejati kita dan sebuah menjadi sebuah kehormatan untuk dilaksanakan sebaik-baiknya dengan kesadaran bahwa, apa yang dilakukan bukanlah sebuah tugas yang tanpa resiko.

Pesan pengutusan Yesus dalam teks ini tidak dialamatkan kepada bangsa lain, ataupun kepada orang samaria. Melainkan kepada domba-domba yang hilang dari umat Israel. Pesan ini tidak bermaksud untuk merendahkan bangsa-bangsa di luar Israel sebagai kaum yang kafir dan menunjukan perhatian Yesus hanya bagi Israel, sebab Yesus bukan tokoh rasialis, ia tidak membedakan hitam dan putih, kaya miskin, laki-laki perempuan, intinya Yesus tidak diskriminatif.

Jadi kira-kira apa alasan Yesus mengatakan demikian???

Yang ingin Yesus katakan ialah bahwa kita tidak perlu untuk terlalu ambisius. Ingin mencapai dunia, ingin mengubah dunia dan melakukan hal-hal yang terlalu tinggi dan besar. Ambisi seperti itu malah akan membuat kita tidak mampu untuk berbuat apa-apa. Oleh karena itulah, banyak organisasi Kristen yang programnya selangit, tetapi tidak ada yang bias dilaksanakan dan bermanfaat. Mestinya kita berjalan selangkah demi selangkah. Mulai dengan yang terbatas, yang memang terjangkau dan ada dalam batas kemampuan kita.

Pada ayat yang ke-7 mengandung perintah, yakni “pergi dan beritakanlah”, kerajaan sorga sudah dekat. Masa kini, banyak orang Kristen takut untuk berbicara, sebab nanti dibilang cari muka, banyak resikonya, takut dikucilkan, dan sebagainya. Tetapi pada ayat ke-8 mengatakan bahwa jangan hanya bicara, perkataan dan perbuatan harus sejalan. Kita harus mengatakan apa yang lakukan dan melakukan apa yang kita katakan. Inilah tugas kita, secara Khusus Kring PI……….

Yang berperan sebagai salah satu media untuk mengabarkan Injil/kabar baik bagi semua orang, khususnya bagi mereka yang lemah di tengah realitas hidup kita.

Akhirnya ayat 9 dan 10 mengungkapkan bahwa selaku murid-murid Kristus, ketergantungan kepada Tuhan dalam melaksanakan tugas pemberitaan Injil adalah hal yang utama. Jangan cari pendukung dalam dunia ini. Jangan mengandalkan strategi kita, tetapi justru karena kita hanya bergantung kepada Tuhan, maka kita akan kuat dan tidak takut.

Ini baru orang Kristen yang benar. Tidak sombong, rendah hati, mengakui kelemahan dan kekecilannya. Kita hanya utusan, suruhan. Tetapi tidak rendah diri. Tidak minder. Tegar dalam perjuangan, karena kita tahu, Tuhanlah yang mengutus kita.

(Inspirated by. Pdt. Dr. Eka Darmaputera)

Refleksi Tentang Tanggung Jawab Manusia Terhadap Lingkungan Hidup

Mazmur 145:9

Tuhan itu baik kepada semua orang,

dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNya.

Saudara-saudari yang dikasihi Tuhan!

Setiap minggu ketika saya pergi ke gereja, saya sering melihat sebuah kalimat singkat di bagian kanan mimbar yang bunyinya seperti begini “Tuhan itu baik kepada semua ciptaan”. Membaca kalimat tersebut, saya kemudian merenung dalam hati. Sungguh hebat Tuhan. Sebab, meskipun sebagai Sang pencipta dan penguasa atas bumi dan isinya, Tuhan tidak bertindak semena-mena, Tuhan tidak menunjukan keacuhan, dan egoisme kepada ciptaannya. Justru dalam pemeliharaanNya, Ia menampilkan kebaikan dan kasihNya kepada seluruh makhluk ciptaan. Kebaikan Tuhan ini sungguh berbeda dengan cara hidup kita selaku manusia. Lihat saja di berita-berita yang di tampilkan di televsi dan surat kabar. Ada banyak penderitaan yang muncul seperti banjir, tanah longsor, laut dan udara yang tercemar, timbulnya penyakit seperti demam berdarah, muntaber dan sebagainya. Kenyataan ini kemudian membuat kita bertanya-tanya, apa penyebab dari semua ini?

Jika kita mau jujur mengakui, sebenarnya berbagai hal ini terjadi karena keacuhan dan keegoisan diri kita selaku manusia. Seringkali, ketika di tanya, apakah kamu mengasihi sesama? kita menjawab “ya saya sangat mengasihi sesama”. Padahal sadarkah kita, ketika kita membuang sampah sembarangan dan menimbulkan penyakit bagi orang lain, itu berarti bahwa kita tidak mengasihi sesama. Sadarkah kita, ketika saluran air dijadikan tempat pembuangan sampah sehingga mengakibatkan banjir serta kerugian kepada orang lain, itu berarti bahwa kasih yang kita ucapkan memiliki makna yang hampa. Atau juga, ketika kita mengeksploitasi alam dengan menebang hutan secara tidak terkendali dan tanpa reboisasi, sehingga menyebakan hutan menjadi gundul dan terjadi tanah longsor, itu juga berarti bahwa kita telah mengabaikan kasih kita kepada sesama.

Selain itu, dampak dari egoisme manusia juga terjadi kepada makhluk yang lain. Pencemaran laut yang dilakukan manusia telah merampas hak hidup dari seluruh biota laut. Penggundulan hutan juga telah memberi dampak negatif kepada semua hewan karena tempat hidup mereka telah dirusakan. Padahal bukankah hak hidup itu menjadi milik setiap mahluk? Tuhan mencipta dan memberikan tanggung jawab kepada kita untuk mengelola, menjaga dan memelihara ciptaannya, bukan sebaliknya merusakannya dan mengabaikan kepentingan seluruh makhluk. Tuhan itu baik kepada semua ciptaan. Untuk itu, kebaikan Tuhan itu mesti kita wujudkan dalam kepedulian kita terhadap lingkungan, sehingga apa yang kita lakukan dapat menjadi berkat bagi kehidupan seluruh makhluk, baik manusia, tumbuhan dan hewan. Dengan menjaga dan memelihara berkat Tuhan, maka kita pun juga telah menyediakan masa depan dan kehidupan yang cerah bagi anak cucu kita. Tuhan memberkati!